Archive for October, 2007


Declarative vs Programmatic binding with ASP. NET

Posted in: Pemrograman |

Hari ini ketika mengedit source file ASP yang saya kerjakan kemarin, baru saya dapati dari senior programmer saya Mas Cipta, yang meng-comment apa yang telah saya kerjakan sebelumnya dan dia juga meninggalkan catatan ” NOTES: Prefer using declarative binding, I’ll continue later”. Akhirnya ya aku tidak lanjutkan yang aku kerjakan. Aku sendiri tidak tahu alasannya kenapa dia prefer ke declarative binding, sedangkan saya sendiri lebih menyukai programmatic binding. Alasannya kurang lebih sama dengan penjelasan seperti yang sama temukan di Chris McKenzie’s Blog

Declarative vs. Programmatic binding with the ASP .NET DataGrid

A co-worker and I were having an argument this morning about the best way to databind to an ASP .NET datagrid control. The argument centered around whether to use the declarative server-tag syntax in the aspx file (e.g., <%# Container.DataItem(“Name”) %> ) or doing it programmatically in the code-behind using the ItemDataBound() event.I personally do not like the server-tag approach. Given that I use the code-behind to manage databinding in most other instances, and given that I often need a finer degree of presentation control than server tags give me, I prefer to write my binding code using the event model. I realize that this approach adds a bit of complexity on the initial design side, but I find that such code is easier to modify and extend in the long run than server tags. I also like knowing that all of my binding code is in one place, and that there is a consistent approach to databinding throughout the system, making maintenance easier. Extensibility is also a concern because if the needs of the binding exceed what is normally accessible via server-tags, the binding logic has to be redeveloped from scratch in the code-behind. Finally, the server-tags approach smells of classic ASP to me; and while it’s a purely emotional response, I want to stay as far away from intermingling presentation and programming logic as possible.

My co-worker recognizes that there are many instances where programmatic databinding is necessary, but argues that it’s often easier to just use declarative server-tags. His argument is that the speed-of-development on the front-end is worth the possible slower maintainability and extensibility in the future.

I realize that I’m not giving my co-worker equal space here, but in truth, that’s about all he said. I’m interested if anyone else has an opinion on this subject, and what other issues may be present that we’re not considering.

Thoughts?

<%# Container.DataItem(“AttorneyName”)%>
Published Wednesday, May 18, 2005 2:36 PM by taganov
Filed under: ASP .NET, Miscellaneous

Anda sendiri lebih prefer mana, declarative ataukah programmatic binding?Itu semua pilihan Anda ^__^

 


Lebaran Tahun Ini (Bagian 2)

Posted in: Diariku |

Seninnya memulai lagi perjalanan berjam-jam, kali ini menuju kota Surabaya bersama Mas Agus, dan tetap menggunakan Katana. Awalnya semua berjalan dengan lancar. Hingga sampai di Pasuruan tiba-tiba terdengar suara klek klek klek dari arah mesin. Akhirnya kami menepi untuk mengecek mesin. Setelah dicek ternyata tali kipas mulai ada patahan, sepertinya memang karena rusak karena waktu. Setelah berusaha dikencangkan, akhirnya berjalan lagi. Hanya saja setiap kali kecepatan melebihi 60 km/jam, suara itu kembali dengan memberikan gejala-gejala aneh. Speedometer menunjukkan 120 km/jam, secara implisit itu benar-benar cepat, padahal kenyataannya kami hanya memacu 60 km/jam. Apabila sudah begini, akhirnya harus menepi lagi, mengecek mesin setelah itu berjalan dengan pelan hanya dengan kecepatan 40 km/jam menuju Surabaya.

Setelah lama mencari bengkel yang buka akhirnya ada bengkel yang buka. Disini mobil diperiksa lagi, kali ini oli perseneling. Lagi-lagi hal yang mengejutkan. Oli perseneling sampai encer berwarna hitam. Dugaan kami, di bengkel yang sebelumnya aku sebutkan, sepertinya oli mesin lah yang dimasukkan ke oli perseneling. Lagi-lagi kami kesal dibuatnya. Bisa-bisa seluruh mesin rusak hanya gara-gara itu. Setelah oli perseneling diganti akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

Melewati pasar Porong, kemacetan dari arah Surabaya-Malang sudah terlihat dan ini berlanjut hingga beberapa kilometer. Melihatnya saja sudah gerah, capek, sebal, apalagi kalau sampai mengalaminya, bayangkan saja dengan Katana tanpa AC pastinya sampai di Malang jadi barbeque saus keringat hehehe.

Sehabis acara pertunangan selesai, aku, kakak, dan Mas Rendra pergi mencari toko yang menjual spare part untuk tali kipas mobil. Akhirnya, setelah lumayan lama mencari, kita menemukannya di daerah Rungkut. Satu yang belum ketemu adalah bengkel, siapa yang akan mengganti kipasnya? Tapi untung saja Mas Rendra punya teman yang bisa membantu saat itu dan bisa mengganti tali kipas. Alhamdulillah…Terima kasih Allah…Sorenya, sekitar pukul setengah tiga, kami pamitan dan mulai berangkat untuk menuju kembali ke Malang. Di tengah-tengah perjalanan akhirnya akupun terlelap dan ketika bangun, kami sudah di Singosari. I’m back… Malang… Sweet home sweet…

 


Lebaran Tahun Ini (Bagian 1)

Posted in: Diariku |

Setelah puasa sebulan Ramadhan, akhirnya datang juga bulan baru, 1 Syawal yang tentunya merupakan Hari Raya Idul Fitri yang pada tahun ini merupakan tahun ke 1428 H. Sebulan ini banyak sekali cobaan yang menimpa, sangat sulit sekali menurutku, tapi bagaimanapun juga aku tetap harus bertahan. Sepertinya tidak akan bisa selesai dalam waktu dekat, bahkan mungkin tidak akan bisa selesai, Allahu’alam, only Allah knows what best for us.

Lebaran tahun ini, karena lingkungan sekitar juga, jatuh pada hari Jumat sehingga tentu saja pada hari Kamisnya sudah terdengar suara takbiran dari masjid-masjid sekitar. Pagi harinya, setelah sholat Ied, seperti tahun-tahun sebelumnya, sungkem ke nenek, ortu, dan kakak. Semoga semua kesalahan yang telah lalu dimaafkan dan tidak terulangi. Amin ya rabbal alamin… Seusai sungkem, bersih-bersih rumah, karena saudara-saudara dari Jakarta dan Surabaya akan datang.

Siangnya saudara-saudara datang. Sudah lama sekali tidak berkumpul bersama mereka. Sekarang ini ada banyak sekali keponakan-keponakan yang masih kecil-kecil. Alhasil… Wah ramai sekali…  Ada juga keponakan yang sampai aku pangling, dulu dia masih kecil. Ketika kutanya kelas berapa, dia menjawab “kelas dua”, aku kira kelas dua SMP ternyata sudah SMA waaw…berarti memang lama, sampai-sampai aku lupa. Yah… impression yang aku dapat dari dia… Masih saja badung, sedikit-sedikit suka mukul-mukul ~untung saja aku kuat hehehe~, tapi yang bikin heran kok bisa dia punya pacar cantik nan imut, aku benar-benar kalah telak hahaha… I wish I had a girl as cute as I’m dreaming on. There are two girls that trully impressed deep into my heart, Sinna Sherina Munaf and Gadiza Fauzi. Hmmm… would dream be come true? Dream is just a dream. I’m singing a solitude dream to the blue sky above me, to calm my solitude heart.

Sore harinya saudara dari Surabaya pulang untuk menyiapkan pertunangan sepupuku, Mbak Ima, sedangkan saudara dari Jakarta menginap semalam, dan pada Sabtu pagi sudah berangkat ke Surabaya dulu sebelum bertolak ke Jakarta. Keluargaku sendiri pada Sabtu sekitar pukul setengah 8 berangkat ke Tulungagung untuk sungkem ke keluarga dari ayah. Sayangnya, kami pergi naik Katana yang pada saat itu dengan AC rusak, sedangkan City entah kenapa ada masalah dengan lampu.  Sepertinya masalah akan terus bertambah, tapi pada saat itu kami belum tahu apa yang akan terjadi.

Ketika sampai di daerah Kepanjen, baru dicek ternyata oli mesin telat ganti. Tengok kesana kemari tidak ada bengkel yang buka hari itu. Setelah lama mencari-cari akhirnya baru menemukan bengkel yang buka di Blitar, akhirnya lega juga. Ketika diganti, ternyata benar-benar bikin kaget, oli mesin tinggal 1 liter dan benar-benar berwarna hitam pekat. Setelah dingat-ingat terakhir ke bengkel di Guyub Rukun, sepertinya mereka lupa mengembalikan oli mesin. Benar-benar kebangetan deh… Ingin rasanya marah tapi mau gimana lagi. Yang jelas sepertinya kami tidak akan ke bengkel situ lagi.

Setelah beberapa jam akhirnya sampai di Tulungagung, tepatnya di desa Sodo. Sesampainya di rumah nenek dari ayah, kami langsung sungkem, dan saat itu juga ternyata saudara yang lain juga berkumpul, jadinya kami tidak perlu berkeliling. Bosan dan capek, akhirnya mengantarkan tidur hehehe. Sorenya kami ke Gondang, ke Yangti (Eyang Putri) yang ada di sana, setelah itu pulang kembali ke Malang.

Hari kedua, Minggunya aku gunakan untuk santai-santai dan beristirahat karena Senin harus ke Surabaya untuk menghadiri pertunangan Mba’ Ima. Di hari minggu ini Mas Agus, saudara dari Jakarta datang. Wah kangen sekali sudah beberapa tahun tidak bertemu, semenjak pindah ke Jakarta dan menikah. Lebaran benar-benar menyatukan keluarga jauh.

 


Selamat Idul Fitri 1428 H ~ Mohon Maaf Lahir Batin

Posted in: Tren Hidup |

Send this free eCard

 


Budaya ponsel Jepang

Posted in: Budaya Jepang & Indo |

Di Jepang, ponsel atau yang dikenal dengan keita denwa (singkatnya keitai) ada dimana-mana. Banyak orang di Jepang mempunyai ponsel, yang sebagian besar sudah dilengkapi dengan banyak kemampuan, seperti video dan camera berkualitas tinggi. Penggunaan dan kebutuhan yang meningkat menjadikan perkembangan ponsel sebagai budaya ponsel atau keitai culture.

Banyak ponsel mempunyai kemampuan antara lain:

  • E-mail
  • database yang dapat dikonfigurasi
  • phone and address books
  • alarm clocks and stopwatches
  • Live Video feed via Piconet
  • Mobile games, contohnya role-playing games seperti Dragon Quest atau Final Fantasy
  • Daytimers
  • berbagai kemampuan untuk image enhancement, seperti pilihan membuat borders, membuat animations, dan sebagainya.
  • Instant Messenger
  • Calculator, calendar, schedule note and memo pad
  • Memainkan musik yang telah di download
  • Merekam dan memainkan suara, musik, dan gambar
  • Portable music player (MP3 player etc.)
  • Portable video player (MP4 player etc.)
  • Panggilan Video
  • Navigasi GPS
  • Menonton TV (1seg) dan mendengarkan radio (FM/AM)
  • TV phone
  • Penanggulangan kejahatan (buzzer, dengan laporan langsung ke polisi secara otomatis)
  • Pedometer
  • ‘Read aloud’ system
  • Touch-pad system
  • A fingerprint/face certification system untuk perlindungan data personal
  • Mobile centrex service dengan wireless LAN

Beberapa tahun terakhir beberapa ponsel mempunyai kemampuan untuk digunakan debit atau kartu kredit yang dapat digunakan untuk membeli di berbagai tempat seperti membeli maskara hingga tiket pesawat terbang. Fungsionalitas ini antara lain:

  • Layanan E-money dan berbagai fungsi sertifikasi melalui Untouched IC card (seperti FeLiCa)
  • Berbagai layanan dengan Osaifu Keitai (ponsel dengan fungsi sebagai wallet) dari NTT DoCoMo
  • Layanan E-money seperti Edy
  • Mobile Suica yang dapat digunakan untuk membeli tiket kereta
  • Cmode: vending machine yang dapat digunakan dengan QR Code dan ponsel Osaifu-keitai

Beberapa ponsel terbaru dapat digunakan untuk menonton film/televisi melalui ponsel. Kebanyakan koneksi ponsel ke internet melalui layanan seperti i-mode. Jepang juga yang pertama kali meluncurkan layanan 3G dengan skala yang luas. Layanan yang populer digunakan adalah mengecek jadwal kereta dan rencana perjalanan menggunakan public transit.

Penggunaan Ponsel

Percakapan menggunakan ponsel di dalam bus atau kereta tidak disukai, dan dipesan agar penumpang tidak melakukan panggilan dan mengganti profile ke silent mode (“public mode” atau “manners mode”). Email sangatlah populer untuk segala usia, hal ini dikarenakan murahnya per pesan yang memperbolehkan 10.000 karakter per pesan dengan adanya karakter spesial, emoticons, gambar, animasi kecil, dan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dan Jepang.

Pager digunakan pada akhir 1980 dan 1990 sebelum adanya ponsel. Pager ini hanya dapat menampilkan angka dan digunakan untuk mengingatkan pemiliknya bahwa dia mendapat panggilan dari nomer telepon tertentu, tapi kemudian remaja mulai menggunakan angka untuk berkomunikasi mulai dari salam hingga emotions. Kebanyakan didasarkan dari berbagai cara membaca angka dalam bahasa Jepang, contohnya adalah:

  • 4-6-4-9 dibaca yo-ro-shi-ku (“hello”, “regards”)
  • 3-3-4-1 dibaca sa-mi-shi-i (sabishii berarti “i feel lonely”)
  • 8-8-9-1-9 dibaca ha-ya-ku-i-ku (hayaku iku berarti “hurry up, let’s go”)
  • 3-9 dibaca san-kyu (SANKYU berarti “thank you”)

 


Futon ~Japanese Matras~

Posted in: Budaya Jepang & Indo |
Futon

Futon

Futon merupakan matras tradisional yang biasa dipakai oleh masyarakat Jepang untuk tidur. Walaupun sudah banyak masyarakat Jepang yang memakai kasur, beberapa orang lebih senang menggunakan futon. Bagi mereka yang tinggal di rumah terutama di Apato, akan lebih memilih menggunakan futon karena ketersediaan ruang yang besar.

Futon ini mempunyai ketebalan kira-kira 5 cm (2 inchi). Biasanya futon dijual seperangkat yang terdiri dari Shikibuton (alas futon), Kakebuton (matras), Makura (bantal). Set seperti ini biasanya dijual seharga kira-kira 10.000 yen. Shikibuton merupakan lapisan tipis yang didalamnya diisi dengan kapas atau sintentis yang dibungkus dengan kain (semacam selimut untuk musim dingin). Kakebuton biasanya diisi dengan bulu angsa, ringan, nyaman namun juga merupakan bagian yang termahal dari futon. Penggunaan kakebuton sendiri disesuaikan dengan musimnya. Pada musim dingin, digunakan kakebuton yang tebal sedangkan pada musim panas digunakan kakebuton yang tipis. Makura adalah bantal yang berisi biji-bijian atau manik-manik dari plastik. Bagi yang tidak terbiasa dengan bantal ini, dapat diganti dengan bantal biasa yang berisi kapas atau bulu angsa.

Futon ini didesain untuk digelar di atas lantai tatami. Biasanya karena Apato tidak memiliki ruang yang luas maka pada siang hari futon disimpan dalam oshiire (lemari), dan ruangan pun beralih fungsi menjadi ruang kerja atau ruang tamu. Selain itu hal ini dilakukan agar tatami dapat “bernafas”. Oshiire ini terdiri dari dua pintu yang dapat didorong. Sebagai catatan, menginjak atau berjalan di atas futon dianggap tabu untuk masyarakat Jepang. Untuk pemeliharaannya biasanya dua minggu sekali atau satu bulan sekali dijemur, sedangkan pada musim hujan karena kelembaban di Jepang cukup tinggi, diantara kakebuton dan shikibuton biasanya diselipkan futon kansouki yang berfungsi sebagai pemanas sehingga futon tidak basah karena lembab. Masyarakat Jepang biasanya ketika menjemur futon juga menebah dengan penebah yang biasanya terbuat dari bambu. Menurut ahli kesehatan tidur diatas futon ini lebih sehat daripada tidur diatas kasur yang empuk, karena kerasnya lantai sangat baik untuk punggu kita terutama bagi mereka yang memiliki sakit punggung dan pinggang.

 


Festival Di Jepang

Posted in: Budaya Jepang & Indo |

Festival di Jepang merupakan acara tradisional yang berhubungan dengan perayaan tertentu. Beberapa festival mempunyai asal-usul dari festival yang juga awalnya ada di China tetapi telah mengalami perubahan dramatis dengan tradisi lokal.

Beberapa malahan benar-benar berbeda yang tidak memiliki kemiripan dengan festival “aslinya” walaupun memiliki nama dan waktu yang sama. Terdapat pula beberapa festival lokal (seperti Tobata Gion) yang bahkan tidak diketahui di luar prefektur lain.

Masyarakat Jepang pada umumnya tidak merayakan Tahun Baru China~karena telah tergantikan oleh Tahun Baru Barat pada akhir abad 19~, tetapi warga China yang bertempat tinggal di Jepang masih merayakannya. Di Yokohama, terdapat pecinan terbesar di Jepang, dimana turis dari segala penjuru di Jepang datang untuk menikmati perayaan tersebut. Hal ini juga mirip dengan festival lampion di pecinan Nagasaki.

Festival biasanya terdiri dari satu atau dua acara utama, dengan stan-stan makanan, pertunjukan, permainan untuk membuat pengunjung tetap betah dan terhibur.

Matsuri

Matsuri berarti festival atau hari raya. Di Jepang, festival biasanya disponsori oleh kuil ataupun diadakan bukan yang bersifat kepercayaan. Biasanya setiap daerah memiliki setidaknya satu matsuri di akhir musim panas atau awal musim gugur, kadang berhubungan dengan panen.

Kita dapat menemukan stan-stan di sekitar matsuri yang menjual souvenir atau makanan seperti takoyaki, atau yang menyediakan permainan seperti menangkap ikan koki. Selain itu ada juga kontes karaoke, pertandingan sumo, dan hiburan-hiburan lain yang tersedia.

Berikut ini beberapa festival yang terkenal di Jepang

(more…)

 


 

 

Share

Subscribe Feed

Facebook

Delicious

StumbleUpon

Google Buzz

Deviantart