Dul, anak Ahmad Dhani, menyetir mobil dan mengalami kecelakaan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa padahal masih di bawah umur dan belum memiliki lisensi mengemudi. Kasus inipun diberitakan besar-besaran akibat jatuhnya korban. Padahal kalau mau melihat sekitar kita, banyak kasus menyetir motor (mungkin juga mobil) yang dilakukan oleh anak di bawah umur dan/atau orang dewasa tanpa peduli keselamatan nyawa. Sayangnya kelalaian seperti itu sepertinya dibiarkan oleh orang tua dan masyarakat.
Selama saya kuliah dan tinggal di Depok dan Bogor (yang notabene kota pendidikan dan kota besar) hal ini tiap hari saya temui. Bahkan di dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia. Bisa jadi hal ini terjadi di banyak daerah di seluruh Indonesia baik itu di kota atau desa. Fenomena yang bikin saya geleng-geleng kepala. Anak SD menyetir motor tanpa helm bahkan membonceng temannya (hingga 2-3 temannya), orang tua/suami membonceng istri dan anak tanpa helm, atau “korupsi jalan” yang dilakukan pengendara motor. Namun, apa yang terjadi? Hal itu dibiarkan merajalela akibat kelalaian, ketidakpedulian bapak, ibu, suami, istri, masyarakat, padahal mereka sebagai orang dewasa harusnya jadi contoh baik bagi generasi penerus.
Entah apa yang ada di pikiran orang tua dari pengendara cilik tersebut, entah apa pula yang dipikirkan anak-anak itu, entah apa yang ada di pikiran suami yang membonceng istri dan anak tanpa helm.
Apakah nyawa, kepala beserta otaknya tidak begitu penting bagi mereka?
Apakah helm tidak perlu dipakai bila berkendara di sekitar rumah? Haloo?? Kecelakaan dan Malaikat Maut selalu mengintai dimana saja, tidak peduli mau dekat atau jauh dari rumah. Di dalam rumah saja yang dikira aman bisa didatangi Malaikat Maut kapan saja, apalagi di luar rumah yang resikonya lebih besar.
Apakah motor itu kendaraan mainan untuk anak kecil? Kemana anak-anak yang riang gembira naik sepeda angin/pancal? Seharusnya anak-anak mengendarai sepeda pancal yang membuat badan sehat, melatih psikomotorik, mengajarkan lingkungan sehat dengan tidak menambah polusi udara. Bukannya malah sembarangan naik sepeda motor, menambah polusi, dan bikin anak-anak manja.
Banyak orang lulus SMA hingga kuliah, namun banyak yang buta aturan lalu lintas (atau memang buta huruf?). “Berpendidikan” tapi kesadaran minim dan tidak berpikir panjang. Aparat juga begitu, apabila polisi bertindak tegas, tiap hari mungkin sudah memberi ratusan atau ribuan tilang entah itu ke anak-anak atau orang dewasa.
Mungkin orang tua, suami, istri, anak, baru mau sadar kalau sudah jatuh korban atas dirinya atau keluarganya. Seharusnya sebagai orang tua, mendidik anaknya untuk patuh aturan, bukan karena ada polisi tapi demi keselamatan nyawa. Ingatkan, tegur, dan beri hukuman bila anak tidak patuh aturan misal pakai helm, belum cukup umur, dll. Kalau orang tua membiarkan anaknya melanggar aturan sejak dini (korupsi umur, korupsi jalan, dll), ketika dewasa, anak itu mungkin melanggar lebih banyak aturan seperti mempermainkan hukum, korupsi, melakukan tindak kriminal, dll.
Yah, semoga kita semua dibuka mata, telinga, pikiran, kesadaran sebelum jatuh korban lainnya. Masyarakat akan menjadi lebih baik bila masyarakat itu sendiri yang berubah dan patuh aturan, hanya menunggu Pemerintah, Pemimpin, Aparat merubah masyarakat atau membawa ke arah lebih baik akan sia-sia, apabila masyarakat itu tidak mau diatur dan menurut untuk dirubah lebih baik.